Pastor Artemy Vladimirov memberi kesan yang begitu kuat padanya sehingga dia, seorang perempuan sukses, cantik, berhenti menulis lagu-lagu sekuler, beralih ke tema-tema religius
Catatan editor: Svetlana Kopylova, seorang aktris Rusia yang sukses, penulis dan penulis lagu profesional, tiba-tiba tertarik kepada Kekristenan Ortodoks, setelah bertemu seorang imam yang sangat terkenal Pastor Artemy Vladimirov. Imam itu memberi kesan yang begitu kuat padanya hingga dia berhenti menulis lagu-lagu sekuler, beralih ke tema-tema religius. Pastor Artemy, yang juga menerbitkan puisi dan kisah-kisah, mendorongnya dalam peralihan temanya itu, dan membantunya mendapatkan akses kepada audiens yang berbeda. Di sini dalam sebuah kutipan otobiografi Svetlana berbagi pengalamannya bertemu Pastor Artemy.
Pastor Artemy.
Suatu ketika saat kami mengikuti liturgi hari Minggu di gereja Obydensky, Dima membeli semacam koran Orthodox dan memberikannya kepada saya, meskipun dia belum pernah membeli apapun seperti itu sampai saat itu, karena itu tidak menarik baginya. Ya, dia membeli lilin, berderma kepada orang miskin dengan uang saku yang saya berikan, tapi ini sebuah koran! Namun segala sesuatu adalah penyelenggaraan Tuhan. Di rumah saya melihat di halaman terakhir sebuah rumah baca Ortodoks menerima pendaftaran anak-anak. Saya jadi sangat tertarik. Saya ingin anak laki-laki saya tidak hanya belajar mata pelajaran biasa, tetapi juga belajar hukum Tuhan, sehingga saya memutuskan untuk memasukannya ke sana. Tentu saja rumah baca itu tidak dekat dengan rumah, dan saya paham bahwa saya harus mengantarkannya, membayar, tapi saya sangat menyukai segala sesuatunya di sana sehingga saya tidak ragu dengan kebenaran pilihan saya.
Suami saya, sejujurnya, mencoba mendebat saya soal itu, dia berkata bahwa saya berencana menjadikan anak kami sebagai seorang biarawan, tapi saya bergeming. Sama dengan ketika saya bersikeras Dima ikut sekolah musik. Kami tinggal di lantai sembilan, dan ketika suami saya tahu bahwa perlu membawa sebuah piano ke dalam apartemen kami, di berkata bahwa itu keinginan saya, dan Dima tak punya hasrat bermain musik. Tapi itulah yang biasanya terjadi: Anda tidak mendapatkan sesuatu yang Anda inginkan dalam hidup, sehingga Anda ingin anak-anak Anda mendapatkannya sebagai gantinya. Betapa saya bermimpi bisa main piano! Tidak, saya ingin Dima, bagaimanapun caranya, bisa menguasai piano. Saya mendapatkan piano bekas yang berusia sekitar limapuluh tahun dan minta tolong pengirim piano itu membawanya naik ke apartemen kami. Ketika suami saya pulang kerja piano itu sudah di dalam rumah. Dan dimulailah latihan-latihan, lagu-lagu, dan sejenisnya. Saya mengantar Dima ke kursus musik dalam segala cuaca, dan dia mulai memberi harapan, bahkan menjadi “bakat dari wilayah kami”, dan dia menerima sertifikat. Ketika saya memujinya setelah selesai kelas, dia menciumi wajah saya dan mengatakan, “Mommyku, aku sangat sangat mencintaimu!”
Singkat cerita, dia mulai bergabung dengan rumah baca Ortodoks. Pada hari Rabu kami pergi beribadah. Ibadah itu dipimpin seorang imam yang tidak biasa. Pertama, dia punya suara yang sangat berbeda, tidak dalam, atau tinggi. Kedua, dia melakukan hal-hal aneh lain, seperti memeluk setiap orang, dan memakai sepatu boot pendek. Saya tidak kenal dia, tapi dia adalah Pastor Artemy Vladimirov yang terkenal itu, seorang guru yang terlatih, dan yang terpenting, seorang misionaris dan pengkhotbah, penulis buku, dan bintang beberapa acara televisi dan radio. Dan saya tidak tahu apa-apa tentang itu! Saya ingat saya sekali mengaku dosa kepadanya. Saya menangis, dan memutuskan tetap ikut ibadah, setelah mengantar Dima ke rumah baca.
Kemudian terjadilah yang berikut ini. Kenalan baik saya dari “Mosfilm”, seorang sound engineer untuk film-film “Career” and “Time of A Dancer”, Lilya Terekovskaya, menelepon saya dengan permintaan yang tidak biasa. Saudaranya, Victor, yang suka mendengarkan Pastor Artemy di radio “Radonez”, sedang dalam keadaan kritis dan permintaan terakhirnya adalah ingin mendengarkan suara Pastor Artemy. Lilya bertanya bagaimana menghubunginya, (karena saya telah bercerita kepadanya bahwa anak saya bergabung di rumah baca tempat Pastor Artemy melayani sebagai imam), tapi saya tidak tahu bagaimana cara menghubunginya. Saya hanya bisa menelepon direkturnya dan mendapat jawaban darinya bahwa Pastor Artemy sedang berada di Yoskar Ola dan bahwa dia akan mencoba menghubunginya lewat seorang sekretaris. Bayangkan keterkejutan saya ketika keesokan harinya direktur rumah baca menemui saya dan berkata bahwa Pastor Artemy telah menelepon Victor! Pada saat itu menelepon dengan ponsel ke kota lain sangat gila-gilaan mahalnya. Kemudian Lilya bercerita kepada saya betapa gembira dan bahagianya Victor mendengar Pastor Artemy meneleponnya! Dalam keadaan tak bisa berbicara atau bergerak sama sekali, dia memperoleh kekuatan untuk mendekatkan ponsel ke telinganya mendengarkan apa yang dikatakan Pastor Artemy kepadanya. Lalu dia serahkan ponsel itu kepada Lilya dan beberapa jam kemudian dia menghadap Tuhan dengan sebuah senyum di bibirnya. Saya ingat saya terpaku mendengar kisah itu, dan saya berpikir saya tidak bisa menemukan bapa rohani yang lebih baik lagi. Saya memutuskan untuk bertanya sesuatu kepadanya, lebih lanjut, dalam sebuah syair! Inilah dia.
Aku takut mengganggumu,
Dengan permohonanku yang tak layak,
Namun kata-kataku punya hidup yang bersemangat
Aku tak bisa hidup tanpamu
Tak kunjung jumpa seorang bapa,
Yang kerap ku mimpikan saat masa kecilku
Dan tiba-tiba hatiku melihat
Cahaya wajahmu...
Setelah sekian lama terkunci
Aku ingin kisahkan padamu seluruh hidupku,
Aku ingin menghormati dengan ciuman
Tanganmu yang memberkati.
Aku mohon ampun kepada Tuhan,
Dan berkata-kata dengan rasa malu
Dan dengan air mata pemurnian
Ku percayakan takdirku padamu
Aku tahu tak seorangpun sepertimu
Kau mampu memahamiku
Oh, jadilah bapa rohaniku!
Ijinkan aku memanggilmu begitu!
Aku takut mengganggumu
Namun hatiku percaya mukjizat ini...
Dan akan berdoa untukmu
Ya akan berdoa untukmu
Sepuluh tahun kemudian setelah melihat puisi itu dalam sebuah terbitan, dia menjawab:
Untuk Seorang Anak Rohani
Jangan takut menggangguku
Meski kukenakan martabat suci.
Lama menggenggam kendali pastoral,
Aku terbang dalam panas, melompat dalam badai salju
Mencari sang sumber hidup
Mata air jernih
menggendong seekor domba di bahuku
Membawanya ke tabernakel surgawi ...
Dan kita punya kesabaran bersama
Untuk kebutuhan-kebutuhan kita, domba yang manis
Mendaki bukan sekedar anak tangga –
Tapi menuju pintu surga yang sempit.
Maafkan aku dan ketaksempurnaanku-
Betapapun, jiwa tak mudah memahami
Oh, kami, para pengemban imamat
Begitu sering menyalahkan diri,
Seperti yang harus kami lakukan; dan domba kami
Terus berjalan ke depan.
Sementara bagi kami si jahat memasang jerat -
Yang kau kenali dengan baik....
Terimakasih atas ampunmu
Atas banyaknya kelemahanku.
Dari apa yang tersisa dalam menghilangkan kemalasan,
Saat aku tergesa seperti peziarah kuno
Teruslah pada jalanmu, bangkit di awal hari...
Aku selalu mohon doa-doamu
Domba yang taat Svetlana,
Tuhan memberkatimu...
Setelah itu, ketika saya telah memberinya puisi itu, dalam sebuah ibadah ketika dia sedang mendupai gereja dia berhenti sejenak di dekat saya dan berkata,”Nah, penyairku yang manis, jadi kita punya perjanjian?” Sulit untuk menuliskan perasaan yang menguasai saya karena kata-kata itu. Seakan-akan saya melayang ke langit ke tujuh. Dalam sebuah pengakuan dosa saya bertanya kepadanya perlukah saya mempersiapkan sebuah pengakuan dosa karena saya pernah baca bahwa seorang bapa rohani tahu segala sesuatu tentang si pengaku dosa, dan jawaban dia sungguh mengejutkan, “Sebuah ringkasan”. Lain kali saya membawakannya sebuah buku catatan tempat saya menuliskan dosa-dosa saya selama hidup sampai pada saat itu. Tidak mudah beralih dari “penyair yang manis” ke pendosa yang dahsyat. Dia dengan puas membaca dosa-dosa rahasia saya, melepaskan saya darinya di hadapan Salib dan Injil, dan kemudian saya merasa menjadi seorang anak yang sah dari bapa rohani saya.
Kehadirannya dalam kehidupan saya membuat sesuatu berubah; Saya sudah tidak bisa lagi lagu-lagu seperti dulu, saya ingin menggubah sesuatu tentang para kudus dan satu dari lagu-lagu pertama saya berjudul “Dua Maria”, tentang Santa Maria dari Mesir. Sampai saat ini saya menyimpan the amendment yang dibuat oleh Pastor Artemy. Baris terakhir saya adalah “Demikianlah seorang pelacur dari Alexandria memperoleh kekudusannya”, dan dia memperbaikinya menjadi “Dia peroleh kemurnian dan kekudusan.” Persetujuaannya bukan hanya sebuah dukungan bagi saya tetapi juga sebuah insentif untuk kreativitas lebih jauh dalam format ini. Balada-balada mengalir keluar dari diri saya dan setiap kali saya tunjukkan kepadanya. Dan setelah saya menulis “Balada Seorang Tsar” dia meminta saya membacakannya di sebuah pesta teh paroki.
Pertama saya ingin bercerita bagaimana saya pertama pergi ke Kampung Merah, tempat dia menjadi rektornya. Di rumah baca itu Pastor Artemy begitu mudah ditemui sehingga saya tidak bisa membayangkan berapa banyaknya orang yang datang kepadanya, dan sama seperti saya, mereka adalah anak-anak rohaninya dan semua memerlukannya sama seperti saya. Ketika saya lihat betapa rapatnya kerumunan dombanya mengerumuninya, sehingga saya tidak bisa lewat, jujur saja saya takut. Bukan hanya pengakuan dosanya akan berlangsung sampai jauh malam, karena setiap orang ingin mengaku dosa kepadanya, sama halnya ketika dia memberikan berkatnya! Jujur, saya tidak pernah membayangkan hal seperti itu terjadi. “Ini semacam klub penggemar,” pikir saya, tapi tak ada lagi jalan mundur. Saya paham bahwa saya juga salah satu dari mereka, dan saya harus bisa menjalaninya.
Dan begitulah, ketika pada sebuah kesempatan minum teh Pastor Artemy meminta saya membacakan “Balada Seorang Tsar” karya saya. Tentu saja saya khawatir karena itu adalah untuk pertama kalinya saya membacakan karya baru di depan publik. Tapi saya punya pendidikan akting, dan saya membaca kisah Tsar Nicolas II yang kudus dan keluarganya dalam bentuk puisi. Orang-orang membentuk lingkaran, banyak yang menanyakan teks itu, dan saya senang Pastor Artemy telah mengajak saya dan memberi saya kesempatan untuk berbagi kreativitas dengan orang lain. Secara periodik saya menunjukkan sesuatu yang baru kepada warga paroki pada saat minum teh yang kami adakan secara mingguan. Pada saat itu kami merayakan ulang tahun semua orang, peristiwa-peristiwa lain dan sejenisnya. Suatu kali saya membaca puisi yang dipersembahkan untuk Pastor Artemy karena hari itu adalah hari namanya dan peringatan pentahbisannya:
Bapa! Semoga hatimu tanpa lelah
Bakar dengan api cinta ilahi,
Biarlah doamu tak terputus
Dan Tuhan tak kan pernah tersinggung.
Semoga perasaanmu tidak egois,
Jiwamu, tanpa keterikatan duniawi
Semoga semua godaan jadi penuh kebencian
Semoga kami tak membuatmu jatuh!
Semoga langkah kakimu setiap saat
Hanya menapaki jalan yang benar
Menuju keselamatan yang didambakan ...
Dan biarkan kekuatanmu berdering!
Hal yang paling mengejutkan bagi saya adalah, bahwa saya ingin menghabiskan seluruh waktu saya di dekat Pastor Artemy, untuk melihatnya! Sepertinya dia mencintaimu tidak seperti yang lain, bahkan jika kamu hanya bertatapan. Suaranya seakan-akan dia selalu mengenal Anda dan lembut, dan Anda ingin mendengarkan dia selamanya ... dia melampaui segalanya. Saya mencoba lari ke gereja, tapi ... bukan kepada Tuhan, melainkan kepadanya . Saya tidak mengerti saat itu, tapi itu menjadi sebuah kecanduan. Separuh dari umat paroki sakit karena kecanduan ini, dan meskipun dia selalu berusaha untuk mengarahkan perasaan dan pikiran umat paroki kepada Allah, dan menjadi frustrasi, ketika dia menyadari bahwa dia bagaikan membayangi Sang Juruselamat. Dengan orang-orang seperti itu dia menjadi agak ketat dan bahkan keras untuk menyembuhkan mereka dari kecanduan ini, sementara dengan mereka yang tidak sakit, dia, sebaliknya, memelihara persahabatan yang erat.
Dia selalu diminati - oleh komunikan yang sakit, untuk memberkati apartemen; sepertinya, dia tidur selama tiga atau empat jam, (ini bisa dinilai dengan sms, yang bisa dia kirim pada pukul tiga atau empat pagi sebagai tanggapan atas kebodohan anda yang rutin, yang diilhami oleh si jahat pada pukul sepuluh di malam hari). Mungkin dia berdiri untuk berdoa di malam hari dan pada saat yang sama melihat telepon? Tapi bagaimanapun juga, pada jam tujuh pagi dia sudah melayani pengakuan dosa sebelum liturgi pagi hari. Saya bisa berada di dekatnya, melayani dia sebagai sopir. Saya mengendarai Toyota bekas, dan terkadang dia minta kepada saya atau saya akan menawarkan diri saya sebagai sopir. Itu adalah kebahagiaan - untuk mengantarkannya! Meskipun kami tidak selalu bisa berbicara dari hati ke hati, dia hampir selalu langsung terlelap, (yup, maklum dengan jadwal seperti itu). Tapi saya senang, bahkan ketika dia sedang tidur, bersantai di jok mobil tua.
Pastor Artemy punya sebuah "Volkswagen", berwarna merah dan hitam, dengan tempat duduk untuk tujuh orang. Saya ingat, ketika pertama kali melihatnya, saya sedikit kesal, ”Mobil yang luar biasa! Bisakah para imam benar-benar mengendarai mobil seperti itu? Apakah hal-hal seperti itu benar-benar layak untuk para imam? " Tetapi semakin lama saya berbicara dengannya, semakin saya mengerti betapa banyak yang dia lakukan untuk orang lain, dan betapa dia tidak hanya berurusan dengan nyamuk, tetapi juga mengemudi di daerah lain dengan mobil. Kemudian saya malu dengan pikiran saya. Siapa, seperti Pastor Artemy, yang pantas mendapatkan mobil yang bagus, andal, dan nyaman? Dan jika dia datang untuk menerimakan komuni kepada orang yang sekarat, dan tiba-tiba sesuatu terjadi dengan mobil itu, dan orang itu meninggal? Selain itu, kebanyakan imam tidak membeli mobil mereka sendiri, umat menyumbang, dan semakin mereka mencintai imam, semakin baik mobil yang mereka pilih. Dan bagaimana bisa seseorang yang, pada umumnya, tidak mewakili apa pun dalam hidup, dapat naik mobil bagus, sambil mengutuk para imam, yang ritme hidupnya tidak dapat ia tanggung satu hari pun? Sementara seorang imam, yang lebih dari siapa pun yang layak mendapatkan transportasi yang nyaman, tidak bisa?
Suatu ketika, ketika saya sedang mengantar Pastor Artemy dari rumah baca, kami berbicara tentang orang tua saya, yang tinggal di Irkutsk, dan khususnya tentang nenek saya yang tersayang, Valya, yang tidak pernah bisa percaya pada Tuhan, yang menyebabkan kami semua berduka. Orang tua dan bibi saya sudah beriman kepada Tuhan, bahkan orang tua saya menikah di gereja, tetapi hal semacam itu tidak terjadi dengan nenek saya. Nenek buyut saya meninggal ketika saya sedang syuting film "Witness", dia berumur sembilan puluh dua tahun. Saya ingat kematiannya sangat menyakitkan bagi saya; itu adalah pertama kalinya saya kehilangan seseorang yang dekat. Tentu saja, tidak ada pembicaraan tentang komuni sebelum kematian, karena kami benar-benar buta dalam hal itu dan sangat jauh dari Tuhan. Dan saya tiba-tiba, tidak mengharapkannya terjadi lagi; saya mengundang Fr. Artemy untuk datang ke Irkutsk dan bertemu dengan nenek saya dan mudah-mudahan memberinya komuni setidaknya sekali dalam hidupnya. Saya percaya bahwa dia dapat menemukan cara untuk mendekatinya, karena Anda tahu tidak banyak imam seperti dia. Dan dia setuju! Kami setuju untuk pergi di musim panas, karena itu sangat penting bagi saya. Bahkan sangat penting bagi nenek saya untuk menerima Ekaristi setidaknya sekali dalam hidupnya.
Ngomong-ngomong, hal serupa terjadi pada ayah mertua saya Michael, yang sangat jauh dari gereja. Kadang-kadang dia datang dan mengunjungi kami, dan saya memberikan literatur spiritual kepadanya, karena dia suka membaca. Suatu kali saya mengundangnya untuk ke gereja bersama saya dan bersiap untuk komuni, dan dia setuju! Saya membacakan semua doa dengan lantang kepadanya dengan peringatan bahwa menerima komuni harus dilakukan dengan perut kosong, dan di pagi hari kami berangkat. Saya tidak tahu bagaimana itu terjadi, apakah saya tidak memperingatkannya, atau apakah dia tidak mementingkan hal itu, tetapi dia merokok! Pastor memberi tahu saya tentang hal itu setelah pengakuan dosanya, dengan mengatakan, "Saya tidak bisa memberinya komuni, dia merokok." Saya sangat sedih, saya mengerti, bahwa dia akan segera pergi, dan untuk kali kedua mungkin tidak akan sempat lagi, saya katakan itu kepada Fr. Artemy. Dia membuat keputusan, dan memberinya komuni! Tidak ada pengecualian dalam keselamatan, karena memang tidak ada yang kedua kalinya. Ayah mertua saya segera meninggal karena kanker, tetapi ibu mertua saya mengatakan kepada saya bahwa dia mendengarnya berdoa di balik tirai.
Take action! Resist the assault from the rainbow mafia:Russian Faith Website Attacked by Pro-LGBT Megacorporation - Help Us Fight Back! Who works for Russian Faith? Click to see our photos:Meet the Team - Russian Faith in Seven Languages!