Tidakkah Anda berpikir bahwa di zaman kita ini Gereja telah dipenuhi dengan guru-guru palsu yang mengawasi segalanya? Bahwa hari ini di gereja-gereja Anda jarang mendengar kata Ortodoks - sejati - tanpa kotoran dan penambahan dari luar? Bahwa bidat ekumenisme sekarang bekerja di dalam Gereja?
Namun, ternyata kita harus mendapat izin atau restu dari mereka untuk membebaskan Gereja dari tawanan ekumenisme?
And yet, it turns out that we must get permission or a blessing from them in order to free the Church from ecumenical captivity?
Artikel ini berasal dari bab 5 sebuah buklet yang luar biasa - Ketidaktaatan yang Terberkati atau Kepatuhan yang Jahat? - ditulis oleh Imam Agung Theodore Zisis. Buklet lengkap tersedia melalui tautan-tautan berikut:
- Kata Pengantar Penulis
- Bab 1 – Segera Setelah Ekumenisme Datanglah Homoseksualitas
- Bab 2 – Ketidaktaatan yang Terberkati atau Ketaatan yang Jahat?
- Bab 3 – Ketaatan dalam Injil Suci
- Bab 4 – Pandangan Para Bapa Suci Tetang Ketaatan
- Bab 5 - Apakah Kita Memiliki Hak untuk Berbicara?
Bab 5
Apakah Kita Memiliki Hak untuk Berbicara?
Sayangnya, saat ini keadaan di Gereja adalah sebagai berikut: hirarki membuat mereka yang memegang teguh Tradisi Gereja dan tradisi Ortodoks tetap diam, sehingga argumen para ekumenis dan renovasionis akan menang sepenuhnya - bahwa orang tetap tidak tercerahkan, tanpa bimbingan apa pun - sehingga tidak ada dialog yang tulus, pertukaran pendapat dan argumen, yang berkat itulah kebenaran akan segera terungkap.
Otoritas Gereja bahkan tidak menerima konferensi-konferensi yang kami selenggarakan di lingkungan universitas. Mereka percaya bahwa mereka tidak dapat dijalankan tanpa berkat/restu, karena mereka diam-diam menginginkan kita untuk menunjukkan ketaatan dan berhenti memberitakan dan memberi kesaksian akan firman kebenaran, yang selalu membuat jengkel dan terus mengganggu mereka yang tidak mau mengikutinya.
Tetapi jika kita harus dibimbing oleh logika seperti itu, maka, mungkin, agar Kristus dapat berbicara dengan orang-orang, perlu bagi-Nya untuk mendapatkan izin dari Hanas dan Kayafas, para ahli Taurat dan orang Farisi? Mungkinkah Dia dan murid-muridNya harus taat kepada para imam besar? Bagaimanapun, para uskup melarang para rasul untuk memberitakan Kristus, karena hari ini mereka melarang banyak orang berbicara tentang Ortodoksi suci: “Mereka memerintahkan untuk tidak berbicara atau mengajar dalam nama Yesus” (Kisah Para Rasul 4:18).
Dalam sejarah Gereja, para patriark dan hierarki sesat berulang kali mengirim para pengaku iman ke penjara dan pengasingan, sehingga hanya pendapat “teologis” mereka yang bisa menang.
Jadi, St. Gregorius sang Teolog dipaksa untuk melayani di rumah gereja kecil St. Anastasia, sementara gereja-gereja lain di Konstantinopel berada di tangan kaum Arian - para uskup dan klerus yang memberitakan ketidakjujuran di dalamnya. Nah, apakah St. Gregorius juga harus mendapat izin untuk mengucapkan kata-kata teologisnya yang luar biasa dan mengembalikan ajaran Ortodoks ke Konstantinopel yang dikuasai oleh kaum Arian?
Tidakkah Anda berpikir bahwa di zaman kita ini Gereja telah dipenuhi dengan guru-guru palsu yang mengawasi segalanya? Bahwa hari ini di gereja-gereja Anda jarang mendengar kata Ortodoks - sejati - tanpa kotoran dan penambahan dari luar? Bahwa bidat ekumenisme sekarang bekerja di dalam Gereja?
Namun, ternyata kita harus meminta izin atau restu dari mereka untuk membebaskan Gereja dari tawanan ekumenisme?
Ortodoksi adalah satu-satunya iman sejati yang memberitakan dan menyatakan nama sejati Kristus. Semua agama lain, sebagaimana dikatakan martir suci Cosmas dari Aetola [99], adalah ajaran palsu, salah, dan sesat. Tapi mereka adalah orang-orang yang diterima hari ini. Semua kondisi diciptakan untuk melakukan pekerjaan kotor mereka melalui semua jenis media massa, media cetak dan televisi - untuk melakukan perjuangan melawan kebenaran Injil dan Ortodoksi suci.
Bagi mereka yang mencoba untuk menghancurkan, melupakan, dan melarang ajaran Ortodoks, kami ingin menggunakan kata-kata yang pernah digunakan para rasul suci kepada para uskup Yahudi, yang tampaknya terus ada di zaman kita, tetapi dengan samaran yang sedikit berbeda: "Kita harus menaati Allah lebih daripada manusia ”(Kisah Para Rasul 5: 27–29)!
Artikel ini berasal dari bab 5 sebuah buklet yang luar biasa - Ketidaktaatan yang Terberkati atau Kepatuhan yang Jahat? - ditulis oleh Imam Agung Theodore Zisis. Buklet lengkap tersedia melalui tautan-tautan berikut:
- Kata Pengantar Penulis
- Bab 1 – Segera Setelah Ekumenisme Datanglah Homoseksualitas
- Bab 2 – Ketidaktaatan yang Terberkati atau Ketaatan yang Jahat?
- Bab 3 – Ketaatan dalam Injil Suci
- Bab 4 – Pandangan Para Bapa Suci Tetang Ketaatan
- Bab 5 - Apakah Kita Memiliki Hak untuk Berbicara?